Aku tengah mencoba memahami(mu). Bagaimana mencintai(mu) pun bisa mematahkan diriku sendiri.~
Pagi ini mendung, mirip pagi kemarin, mungkin masih awan yang sama, yang siang lalu pergi lalu datang kembali pagi ini.
Tepatnya
pagi ini ketika bangun pagi, saya menyadari kenapa saya begitu takut
dikecewakan. Ya, saya sering bertanya kenapa, kenapa saya begitu takut
jatuh cinta. Lalu saya menemukan alasan, bahwa saya terlalu enggan
patah hati. Itu tentu saya sadari jauh-jauh hari yang telah lalu.
Lalu
pagi ini, saya kembali menyadari satu hal. Kenapa saya begitu takut
jatuh hati, yaitu karena saya begitu takut dikecewakan. Kenapa? Karena
saya menyadari bahwa saya orang yang begitu sulit dipahami. Punya mood yang up and down,
suasana hati saya begitu terlalu cepat berubah. Saya juga cengeng,
saya begitu pandai menangis. Saya takut dengan kemarahan. Tapi mana
hubungan yang tanpa amarah?
Saya
akan sulit menerima ketika pasangan saya mendiamkan saya, atau akan
begitu sedih ketika pasangan saya marah. Hati saya terlalu lemah untuk
membiarkan cinta masuk. Ya, saya memang beberapa kali bertemu dengan
orang yang bisa bertahan, tapi tidak lama kemudian pun saya yang
akhirnya mundur. Karena apa? Karena saya begitu sadar diri, mungkin
saya tidak cukup mampu membahagiakannya. Ini hanya pikiran terburuk
saya.
Saya
bukan seorang perempuan simple yang mudah dijatuhi atau menjatuhi
cinta. Saya terlalu rumit, dan itu sering kali menelan saya sendiri.
Saya punya banyak hal yang harus saya pikirkan, keluarga saya pun bukan
keluarga biasa yang bahagia apa adanya. Kami punya banyak kekurangan
yang setiap hari coba kami perbaiki. Dan apakah ada seorang yang mau
menerima barang yang sedang direparasi? Walau saya bukan barang, tapi
toh saya tidak siap dipakai untuk membahagiakan, saya sedang diperbaiki
hidup. Tuhan sedang memberi saya kesempatan untuk menjadi manusia yang
lebih besar dengan memberi saya beberapa masalah besar untuk saya
selesaikan. Dan apakah ada pria yang cukup sabar menemani saya? Membantu
saya? Menerima saya apa adanya?
Hahaha,
ini lucu ketika saya tiba-tiba berpikir bahwa saya adalah sebuah
barang yang tengah direparasi. Tapi yang muncul di otak saya detik ini
hanya itu. Saya bukan sesuatu yang siap dipakai untuk
membahagiakan(mu). Kamu harus siap dengan kerusakannya, membantu saya
memperbaikinya, atau bahkan siap menerima kesialan karena kerusakannya.
Seperti kamu tengah mengendarai kendaraan yang bisa tiba-tiba mogok
di perjalanan. Apa kamu siap mendorongnya hingga sampai ke bengkel,
mencari tahu mana bagian yang rusak dan memperbaikinya. Bahkan
menanggung biayanya. Agar kita bisa sama-sama sampai di tujuan.
Itu
begitu besar dan membuat saya berpikir, mana ada yang sanggup. Lalu
saya akan menepi dan mencoba memperbaikinya sendiri. Saya akan
mencintai ketika saya telah sembuh dan mampu bekerja dengan optimal.
Tapi akan sampai kapan? Tapi seorang terdekat saya bilang, 'beri cinta kesempatan untuk setidaknya masuk. Lalu, kamu baru boleh memutuskan, untuk jatuh cinta atau tidak padanya.'
Mungkin untuk sebagian orang, itu mudah saja. Tapi tidak untuk saya, Sungguh.
Mungkin untuk sebagian orang, itu mudah saja. Tapi tidak untuk saya, Sungguh.
Akan ada waktunya, saya siap untuk membahagiakan siapa yang bersedia mencintai saya...
Saat ini, saya tengah belajar jatuh cinta dengan lebih baik. Agar kelak, tidak menyesal karena (selalu) melewatkan mereka yang tengah berusaha mencintai saya.
-Fuhfu'sBlogers-
Pic:AyuNyamnyam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar