Selama Masih Butuh...
Kadang kita terlalu naif dan idealis ketika kita mendapatkan
pekerjaan sesuai dengan hobi kita. Memang, tidak ada yang lebih
menyenangkan dan ideal dari “bekerja sambil bermain”. Tapi ternyata
setelah dijalani, yang kita pikir menyenangkan tidak selalu
menyenangkan.Mengapa?
Karena mungkin ada tawaran untuk pekerjaan lain yang sebenarnya tidak terlalu kita sukai, tapi penghasilan yang akan didapat jauh lebih besar. Sementara kebutuhan kita terus bertambah dan memang membutuhkan uang yang lebih banyak.
Masalah lainnya, dalam “bekerja sambil bermain” itu tentunya kita berhubungan dengan orang lain - terutama orang yang mau membayar hasil karya kita. Dan sayangnya, kehidupan dalam bekerja sama seperti dalam kehidupan bermain - kita tidak mungkin bisa cocok dengan dan menyenangkan semua orang. Juga tidak semua orang menyenangkan. Tidak semua orang mempunyai pengertian dan pemakluman yang sama.
Dalam “bermain”, tentu lebih mudah. Kita tinggal mencari teman baru, dan meninggalkan teman yang tidak menyenangkan itu. Dalam bekerja, tidak semudah itu. Ada faktor “masih butuh” di sini.
Susah, memang.
Kadang tuntutan orang yang mempekerjakan kita, kita anggap terlalu berlebih, sementara (mungkin) kita pun mereka anggap masih belum maksimal dalam menjalankan pekerjaan kita, padahal kita sudah memenuhi apa yang mereka inginkan dari kita.
Saya rasa, hal seperti ini tidak dapat diselesaikan dengan sekedar berbincang. Dan saya bukan orang yang suka mengatakan apa keluhan saya kepada orang yang mempekerjakan saya. Karena buat saya, itu hal yang paling sia-sia di dunia selain mengejar pasir yang tertiup angin.
Jadi ya, bertahanlah kalau masih memang butuh. Tahan emosi, tahan mulut, tahan jemari. Ingat satu hal: Di mana pun kita bekerja, pasti akan ada masalah karena masalah memang diciptakan agar kita mau terus maju dan menjadi lebih baik.
Hmmm… saya jadi berpikir: Mungkin pemikiran semacam ini juga berlaku dalam hubungan apa pun ya?
